Rasa aman adalah hak fundamental setiap warga negara. Di Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) adalah pilar utama yang memastikan hak tersebut terpenuhi, menciptakan ketertiban sosial yang memungkinkan masyarakat hidup tenteram dan beraktivitas tanpa rasa khawatir. Berbagai kisah nyata kontribusi Polri menunjukkan dedikasi mereka dalam menjaga keamanan, dari pencegahan kejahatan hingga penanganan situasi darurat. Kisah-kisah ini menegaskan bahwa kerja keras Polri adalah alasan mengapa kita dapat merasa aman di negeri sendiri.
Salah satu kisah nyata kontribusi Polri dalam menjaga ketertiban sosial terjadi di sebuah kompleks perumahan di pinggiran kota Surabaya. Pada pertengahan Mei 2025, terjadi serangkaian kasus pencurian kendaraan bermotor yang meresahkan warga. Banyak warga yang mulai enggan meninggalkan rumah atau memarkir kendaraan di luar. Menanggapi keresahan ini, Polsek setempat segera bertindak. Unit Reserse Kriminal dan Sabhara meningkatkan intensitas patroli malam, bekerja sama dengan warga untuk mengaktifkan kembali pos keamanan lingkungan (Pos Kamling). Setelah dua minggu pengintaian dan patroli gabungan, pada dini hari 28 Mei 2025, tim patroli berhasil membekuk dua pelaku pencurian yang mencoba beraksi kembali. Penangkapan ini tidak hanya menghentikan gelombang pencurian tetapi juga mengembalikan rasa aman dan ketenangan bagi seluruh warga kompleks, memungkinkan mereka kembali beraktivitas normal.
Kisah nyata lain yang menunjukkan peran Polri dalam ketertiban sosial adalah penanganan kericuhan yang berpotensi meluas. Pada 10 Juli 2025, saat pertandingan sepak bola antarklub di Stadion Gelora Perjuangan di sebuah kota di Jawa Tengah, terjadi gesekan antarsuporter setelah salah satu tim kalah. Situasi sempat memanas, dengan pelemparan botol dan nyanyian provokatif. Namun, kesigapan aparat gabungan dari Satuan Sabhara dan Brimob, yang telah disiagakan sejak sore hari oleh petugas pengamanan pertandingan, berhasil meredakan ketegangan. Dengan formasi pengamanan yang sigap dan komunikasi yang persuasif, mereka berhasil memisahkan massa suporter, mengawal mereka keluar stadion, dan mencegah bentrokan fisik yang lebih besar. Tindakan cepat ini memastikan ketertiban sosial tetap terjaga dan tidak ada korban jiwa atau kerusakan berarti.
Di sisi lain, kontribusi Polri tidak hanya terlihat dalam penindakan, tetapi juga dalam pelayanan dan pengayoman yang bersifat kemanusiaan. Pada 5 April 2025, saat arus mudik Lebaran sedang padat-padatnya di jalur Pantura, seorang pemudik dari keluarga kurang mampu mengalami mogok di daerah terpencil pada pukul 02.00 dini hari. Ia bersama anak dan istrinya kebingungan di tepi jalan gelap. Patroli Polantas yang sedang bertugas, Bripka Asep dan Bripda Rita, menemukan mereka. Tanpa ragu, mereka membantu mendorong mobil hingga ke pos terdekat, mencarikan bantuan bengkel, dan bahkan menyediakan makanan serta minuman hangat untuk keluarga tersebut. Kisah nyata ini adalah cerminan dari semangat melayani Polri yang melebihi tugas fungsional, memastikan bahwa warga merasa aman dan terayomi dalam setiap situasi, bahkan di saat paling rentan sekalipun. Ini menunjukkan bahwa di balik seragamnya, ada hati yang peduli terhadap ketertiban sosial melalui tindakan nyata.
